Penyu Laut - Full Pack Scuba Diving Bali | Best Dive Center Bali

Penyu Laut

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn

Table of Contents

Kita sering melihat kura-kura di darat, baik kura-kura kecil yang kita pelihara maupun kura-kura Galapagos raksasa yang dapat hidup hingga ratusan tahun. Namun di lautan saat ini, hanya tersisa 7 spesies penyu. Mereka adalah Penyu Hijau, Penyu Tempayan, Penyu Kemp’s Ridley, Penyu Lekang, Penyu Sisik, Penyu Pipih, dan Penyu Belimbing.

Penyu Sisik (Hawksbill)

Penyu Sisik (Hawksbill)

Dikenal sebagai Eretmochelys imbricata, penampilan Penyu Sisik mirip dengan penyu laut lainnya: secara umum memiliki bentuk tubuh pipih, tempurung pelindung, dan anggota badan seperti sirip yang diadaptasi untuk berenang di lautan terbuka. Ciri khas yang membedakan mereka dari penyu lainnya adalah paruhnya. Nama penyu sisik diambil dari paruhnya yang sempit dan runcing. Mereka juga memiliki pola khas dari sisik yang tumpang tindih pada cangkangnya yang membentuk tampilan bergerigi di tepinya. Mereka memakan terutama spons dengan menggunakan paruh untuk mengeluarkannya dari celah-celah terumbu, tetapi mereka juga memakan anemon laut dan ubur-ubur. Mereka membantu ekosistem dengan memakan spons yang menutupi terumbu yang kemudian memungkinkan ikan-ikan memiliki akses yang lebih baik ke terumbu karang. Penyu sisik dianggap sangat terancam punah; mereka sering diburu secara ilegal untuk diambil tempurungnya karena mereka memiliki tempurung berwarna coklat dan kuning yang indah yang dibuat menjadi barang-barang kulit penyu untuk perhiasan dan ornament meskipun mereka dilindungi saat ini di bawah Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna Langka yang Terancam Punah (CITES) dan banyak lagi hukum nasional.

Penyu Belimbing (Leatherback)

Penyu Belimbing (Leatherback)

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) adalah penyu terbesar yang masih hidup dan merupakan reptil modern terberat keempat di belakang tiga spesies buaya. Spesies ini mudah dikenali karena secara fisik paling berbeda dari penyu lainnya. Penyu belimbing dinamai berdasarkan tempurungnya; mereka tidak memiliki tempurung keras dan bertulang, sebaliknya, punggung mereka ditutupi oleh kulit seperti daging berminyak dan sekilar terlihat seperti buah belimbing. Penyu Belimbing mengkonsumsi ubur-ubur dalam jumlah besar yang membantu menjaga populasi ubur-ubur. Penyu belimbing dianggap rentan; telur mereka sering diburu, mengurangi populasinya di alam liar. Mereka juga sering menjadi korban bycatch; terjebak dalam jaring ikan secara tidak sengaja sehingga menyebabkan mereka tidak dapat bernapas dan akhirnya tenggelam. Efek pemanasan global juga merupakan ancaman utama bagi Penyu Belimbing karena kenaikan permukaan laut menutupi pantai berpasir yang digunakan Penyu Belimbing untuk bersarang.

Penyu Tempayan (Loggerhead)

Penyu Tempayan (Loggerhead)

Sekilas, orang mungkin salah mengira Penyu Tempayan sebagai Penyu Sisik. Mereka memiliki paruh dan pola yang mirip di tubuhnya. Namun, cangkangnya tidak rata dan bergerigi seperti Penyu Sisik. Kura-kura Tempayan (Caretta caretta) diberi nama untuk kepala besar mereka yang menopang otot rahang yang kuat, memungkinkan mereka untuk menghancurkan mangsa bercangkang keras seperti kerang dan bulu babi. Cara penyu tempayan memakan mangsanya yang bercangkang keras kemudian mendaur ulang nutrisi penting dan menjaga keseimbangan sedimen dasar laut. Dari penyu lainnya, Loggerhead lebih kecil kemungkinannya untuk diburu baik untuk diambil daging maupun cangkangnya. Namun ancaman utama bagi para Penyu Tempayan adalah bycatch karena mereka aktif di sekitar daerah dengan aktivitas penangkapan ikan yang berat, membuat mereka dianggap rentan.

Penyu Hijau

Penyu Hijau

Penyu hijau adalah salah satu penyu terbesar dan satu-satunya herbivora di antara spesies yang lainnya. Penyu hijau (Chelonia mydas) sebenarnya dinamai berdasarkan warna kehijauan tulang rawan dan lemaknya, bukan tempurungnya yang berwarna zaitun sampai hitam. Penyu hijau memakan ujung dari rumput laut, yang kemudian akan memelihara padang rumput laut menjadi sehat (seperti memotong rumput taman agar tetap sehat). Mereka mencerna makanan mereka dengan cepat yang kemudian akan menjadi pupuk bagi padang rumput laut. Padang rumput laut juga berfungsi sebagai tempat pembibitan untuk beberapa spesies invertebrata dan ikan, banyak di antaranya sangat berharga bagi perikanan komersial dan oleh karena itu penting bagi ketahanan pangan manusia. Penyu Hijau dianggap terancam punah; seperti penyu lainnya, mereka rentan terhadap tangkapan sampingan dan hilangnya habitat karena aktivitas manusia meningkat pesat di pantai tempat mereka biasanya bersarang.

Penyu Lekang (Olive Ridley)

Penyu Lekang (Olive Ridley)

Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) memiliki karakteristik fisik yang sama dengan Penyu Sisik, Penyu Tempayan, dan Penyu Hijau karena mereka berada dalam keluarga yang yaitu Cheloniidae. Nama penyu ini berasal dari warna cangkangnya — corak hijau zaitun. Mereka saat ini adalah yang paling melimpah jumlahnya dari semua penyu laut. Status rentan mereka berasal dari fakta bahwa mereka bersarang di sedikit tempat, dan oleh karena itu gangguan apa pun pada satu pantai sekalipun dapat berdampak besar pada seluruh populasi Penyu Lekang. Perubahan iklim juga menyebabkan suhu pasir meningkat dan menyebabkan lebih banyak Penyu Lekang betina yang menetas daripada jantan; menciptakan ketidakseimbangan di alam.

Kemp’s Ridley

Kemp’s Ridley

Penyu Kemp’s Ridley (Lepidochelys kempii), juga disebut penyu Atlantic Ridley, adalah spesies penyu laut paling langka dan merupakan yang paling terancam punah di dunia. Spesies penyu ini dinamakan Kemp’s Ridley karena Richard Moore Kemp (1825-1908) dari Key West adalah orang pertama yang mengirimkan spesimen ke Samuel Garman di Harvard, tetapi asal muasal nama “Ridley” sendiri tidak diketahui. Berbeda dengan 6 penyu laut lainnya, Kemp’s Ridley hanya dapat ditemukan di Samudera Atlantik. Mereka adalah omnivora yang memakan ubur-ubur, moluska, krustasea, bulu babi, dan alga. Kemp’s Ridleys dianggap kritis; pencurian telur menyebabkan penurunan drastic jumlah penyu Kemp’s Ridley. Tapi baru-baru ini, ancaman utama termasuk hilangnya habitat, polusi, dan terjerat dalam jaring udang.

Penyu Pipih (Flatback)

Penyu pipih (flatback)

Penyu Pipih Australia (Natator depressus) adalah spesies penyu laut endemik pantai berpasir dan perairan pantai dangkal landas kontinen Australia. Nama umum penyu ini didapat karena cangkangnya memiliki kubah yang rata atau lebih rendah dari penyu lainnya. Penyu Pipih adalah spesies omnivora, tetapi sebagian besar memakan daging. Mereka memakan sebagian besar mangsa yang ditemukan di perairan dangkal tempat ia berenang. Penyu Pipih juga telah ditemukan memakan karang lunak, teripang, udang, ubur-ubur, moluska, dan invertebrata lainnya. Ia juga kadang-kadang memakan lamun, meskipun jarang memakan tumbuh-tumbuhan. Di Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam atau situs resmi IUCN, Penyu Pipih terdaftar sebagai kekurangan data. Ini adalah penyu yang paling tidak terancam punah dari penyu lainnya. Namun, penyu pipih terdaftar sebagai hewan rentan secara nasional di Australia. Mereka tentu saja rentan terhadap ancaman seperti bycatching dan hilangnya habitat seperti penyu lainnya.

Enam dari tujuh penyu diatas hidup di Indonesia: Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate), Olive Ridley (Lepidochelys olivacea), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Pipih (Natator depressus), dan Penyu Tempayan (Caretta caretta). Semuanya dapat ditemukan di kawasan Segitiga Terumbu Karang yang dianggap sebagai prioritas utama untuk konservasi laut oleh World Wide Fund for Nature karena keanekaragaman biota lautnya yang kaya dan melimpah.

Pemerintah Indonesia sadar akan ancaman penyu tersebut dan telah mengambil tindakan. Menurut Peraturan Pemerintah  nomor 7 tahun 1999 tentang Kelestarian Tumbuhan dan Satwa Liar, semua penyu yang ada di Indonesia telah dilindungi undang-undang. Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pelaku (pedagang dan pembeli) perdagangan penyu diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan pidana kurungan paling banyak 100 juta Rupiah. Undang-undang ini memastikan bahwa penangkapan dan perdagangan penyu, hidup atau mati, untuk tujuan keuntungan adalah ilegal dan dapat dihukum.

Masing-masing dari 7 penyu tersebut memiliki perannya masing-masing di alam yang menyeimbangkan ekosistem. Fakta bahwa semua penyu ini dianggap terancam berarti kita harus mengambil tindakan. Berikut adalah beberapa langkah kecil yang dapat membantu kita untuk melakukan perubahan yang lebih besar untuk menyelamatkan penyu:

  1. Berpartisipasi dalam acara bersih-bersih pantai. Sebagian besar sampah laut dan sampah plastik tidak hanya membahayakan penyu tetapi juga kehidupan laut lainnya.
  2. Jadilah pembelanja yang bertanggung jawab. Kurangi asupan plastik sebanyak mungkin dengan membawa tas belanja sendiri, menggunakan botol kaca, hindari menggunakan balon. Plastik yang berakhir di laut mungkin disalahartikan sebagai ubur-ubur oleh penyu.
  3. Jaga kebersihan pantai. Tidak hanya membersihkan sampah tetapi juga menyimpan payung dan kursi setelah matahari terbenam; buatlah pantai senyaman mungkin untuk penyu bersarang. Isi lubang dan hancurkan istana pasir karena dapat menjadi penghalang bagi penyu yang baru menetas saat menuju ke laut.